Kafir Saleh

Kafir Saleh

(Ditulis ulang dari buku berjudul Kyai Kocak vs Liberal karya Abdul Mutaqin)

“Dek, apa sih maksudnya area bebas Tuhan?”

“Ah, itu kan sekedar slogan kebebasan, Kyai. Maksudnya, jangan jadikan Tuhan sebagai beban untuk menjadi manusia merdeka. Merdeka berpikir dan mencari kebenaran yang sesungguhnya. Biar objektif.”

“Emang bisa kebenaran tanpa Tuhan?’

“Bisa, Kyai. Seorang atheis aja masih mau sedekah, kok. Atheis dermawan lebih dibutuhkan daripada agamawan koruptor.”

Ehem, cakep banget kedengarannya, tuh kalimat. Kyai Adung tambah merinding saat bocah mahasiswa itu mengeluarkan beberapa pernyataan yang luarnya tampak indah dan terkesan ilmiah.

“Kyai, tidak bertuhan, tapi banyak memberikan manfaat kepada orang lain itu lebih penting. Ngga shalat, tapi rajin sedekah itu lebih baik daripada haji berkali-kali tapi pelit.”

“Apa ada orang yang tidak Islam tapi dermawan?”

“Banyak. Bahkan kalo beramal ngga tanggung-tanggung. Bill Gates, Warren Buffet, atau Donald Trump yang notabene bukan seorang pengikut agama Muhammad rajin sedekah. Bill Gates pernah menyumbangkan hartanya sebesar 22,9 miliar dolar untuk kepentingan kesehatan dan pendidikan. 22,9 milyar itu setara dengan Rp. 195 triliun, Kyai. Ini artinya, iman dan Islam itu bukan satu-satunya faktor untuk dapat berbuat baik. Bill Gates itu kafir, tapi saleh,”

Jrengggg …. Kyai Adung terkesiap mendengar ungkapan “kafir, tapi saleh.” Makin pilu hati Kyai kampung itu mendengar lidah mahasiswa ini menari-nari tarian dualisme. Apalagi dia bisa menghadirkan contoh riil segala.

“Atas dasar apa ente menilai Bill Gates kafir, tapi saleh?”

“Ya, diukur iman. Dia tidak beriman kepada Nabi Muhammad. Tapi, justru dia yang tidak beriman tiu malaj yang mengamalkan ajaran Muhammad tentang sedekah. Orang yang rajin sedekah itu saleh.”

“Dari mana ente bisa memastikan kalau Bill Gates menyumbang karena mengamalkan ajaran Nabi Muhammad? Apa Bill Gates ngomong langsung sama ente?”

“Itu tidak penting. Kenyataannya dia menyumbang besar sekali. Bahkan tanpa mengharap imbalan apa pun. Sedangkan kita bersedekah karena pengen masuk surga.”

“Terus, kalo Bill Gates itu saleh, kata siapa?”

Blep.

“Apa pun itu, Bill Gates masih jauh lebih baik dari orang yang mengaku umat Muhammad, bahkan naik haji berkali-kali, tapi pelit dan nggak peduli dengan anak yatim atau orang miskin. Kemana iman mereka? Kemana gelar muslim mereka? Bahkan yang lebih menyedihkan, mereka muslim, tapi malah korupsi. Bagaimana ini? Apa kata dunia?”

“Baik, sekarang ane mau tanya, apa Islam mengajarkan orang supaya pelit?”

“Tidak. Bahkan Islam mengajarkan supaya kita rajin bersedekah.”

“Apa Islam juga mengajarkan orang supaya korupsi?”

“Tidak juga. Islam bahkan membenci dan melaknat tindakan korup.”

“Kalo begitu, yang salah orangnya, apa agamanya?”

“Oke, yang salah adalah orangnya. Sekarang saya balik ingin tanya. Menurut kyai, orang semacam Bill Gates yang kafir itu, tapi dermawan dengan pak haji yang muslim tapi pelit, mana yang lebih baik?”

“Tidak ada yang baik. Di antara dua yang tidak baik itu, pak haji masih lebih baik karena masih punya iman dan seorang muslim.”

“Tapi nyatanya, dia pelit. Dan Bill Gates yang kafir malah dermawan.”

“Jika saja Bill Gates beriman dan seorang muslim, dia pasti lebih dermawan dari hari ini. Dan jika saja orang yang pelit itu bukan muslim, dia pasti lebih pelit dari yang ente ketahui hari ini. Ngemeng-ngemeng, udah berapa duit ente nyumbang buat orang miskin?”

Blep!

Sumber: Abdul Mutaqin, Kyai Kocak Vs Liberal, Hlm. 41

Tinggalkan komentar